Teknologi Transgenik Pada Ikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Ikan Transgenik
Transgenik terdiri dari kata
trans yang berarti pindah, dan gen yang berarti pembawa sifat. Jadi transgenik
adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya, baik
dari satu hewan ke hewan lainnya atau dari satu tanaman ke tanaman lainnya, atau
dari gen hewan ke tanaman dan sebaliknya. Transgenik secara definisi
adalah “The Use of Gene Manipulation to Permanently Modify the Cell or Germ
Cells of Organism“ (Penggunaan Manipulasi Gen untuk Mengadakan Perubahan
yang tetap pada Sel Makhluk Hidup). Transgenik atau teknologi DNA rekombinan (rDNA) merupakan rekayasa genetik yang
memungkinkan kombinasi ulang (rekombinasi) atau penggabungan ulang gen dari
sumber yang berbeda secara in vitro. Definisi transgenik pada ikan atau
hewan ternak pada umumnya adalah memasukkan DNA rekombinan yang telah
dikendalikan ke dalam genom, sehingga DNA yang dimasukkan ini dapat
mengembangkan salah satu aspek dari produktivitas, juga DNA dan efeknya dapat
diturunkan kepada anaknya.
B. Konsep Dasar
Transgenik
Setiap spesies ikan mempunyai
kemampuan tumbuh yang berbeda-beda. Perbedaan pertumbuhan ini dapat tercermin,
baik dalam laju pertumbuhannya maupun potensi tumbuh dari ikan tersebut.
Perbedaan kemampuan tumbuh ikan pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan faktor genetik
(gen). Ikan mempunyai gen khusus yang dapat menghasilkan otransgenikan atau sel
otransgenikan tertentu dan gen umum yang memberikan turunan kepada jenisnya.
Baik gen khusus maupun gen umum dari setiap ikan terdiri dari bahan kimia yaitu
DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid). Ekspresi dari gen-gen
tersebut dan sel yang terbentuk menjadi satu paket yang selanjutnya
mempengaruhi pertumbuhan.
Karakteristik genetik tertentu yang
dimiliki oleh seekor ikan biasanya menyatu dengan sejumlah sifat bawaan yang
mempengaruhi pertumbuhan seperti kemampuan ikan menemukan dan memanfaatkan
pakan yang tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan dapat beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan yang luas. Semua hal tersebut akhirnya tercermin pada laju
pertumbuhan ikan. Untuk mencapai hal tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha yang
mampu menghasilkan benih ikan unggul seperti tersebut diatas salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan rekayasa genetik melalui penerapan teknologi
transgenik pada ikan. Tujuan dari transgenik ini adalah untuk mendapatkan sifat
yang diinginkan dan peningkatan produksi. Meskipun teknologi transgenik ini
memungkinkan untuk diaplikasikan dalam bidang akuakultur (budidaya perikanan),
namun masih perlu dilakukan penelaahan khusus untuk mengetahui teknologi
tersebut.
Dalam perkembangannya,
pembentukkan ikan transgenik melalui transfer “ DNA contruct ” dapat
dilakukan dengan beberapa metode (Tsai, 2008), diantaranya adalah :
1.
Microinjection (Mikroinjeksi)
Microinjection
(Mikroinjeksi) adalah metode
yang paling banyak digunakan karena mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode yang lain. Pertama kali, metode mikroinjeksi dilakukan oleh Gurd on
(1963) pada telur amphibia dengan menginjeksikan sitoplasma ke dalam zygot
katak, namun hasilnya tidak berpengaruh pada perkembangan embrio selanjutnya.
Pada ikan juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya telah dilakukan
oleh Chourrout et al (1986) pada ikan Rainbow Trout (Salmo gairdneri),
dan Ozato et al (1986) pada ikan Medika (Oryzias latpes).
2. Retroviral Infection (Infeksi pada Virus)
Retroviral Infection
(Infeksi pada virus) atau dengan kata lain introduksi gen melalui virus sebagai
mediator. Pada metode ini,
virus ditumpangi oleh gen yang dikehendaki dan diintroduksikan kedalam embrio
hewan. Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil dan mampu menembus inti sel dan
virus m empunyai genom yang terdiri dari RNA yang mempunyai kemampuan untuk
mentraskripsikan DNA. Bila satu sel diinfeksi dengan retrovirus maka akan
menghasilkan DNA virus, setelah DNA ditranskripsikan akan berintegrasi dan menjadi
bagian dari genome induk. Un species ikan telah dilakukan diantaranya oleh Lin et
al (1994) dan Gaiano et al (1996) pada ikan Zebrafish (Brachydanio
rerio).
3.
Sperm-mediated Gene Transfer (Sperma sebagai Pembawa Gen)
Spermatozoa merupakan sarana seluler yang spesifik dirancang untuk
mentransfer DNA asing kedalam oosit, sperma terlibat langsung dalam proses fertilisasi. Matriks DNA diikat pada
daerah postacrosomal oleh komponen protein spesifik dan akan bergabung dengan
genome induk setelah terjadi fertilisasi. Pengikatan gen oleh
sperma secara optimal bila sperma dalam keadaan motil dan konsentrasi DNA cukup
t inggi. Metode ini juga telah dicobakan oleh Muller et al (1992) dalam
Tsai (2008).
4. Particle Bombardment (Partikel Gun atau
Biolistik)
Metode ini banyak digunakan pada tanaman
dengan cara DNA diikat pada suatu mikropartikel. Transfer gen dengan metode ini
mempunyai banyak keuntungan yaitu mudah ditangani dengan satu kali tembakan
akan menghasilkan beberapa sasaran, partikel dapat mencapai sasaran yang lebih
dalam dan dapat digunakan pada berbagai macam jaringan (Potrykus, 1996). Pada
ikan telah dicobakan oleh Kolenikov et al (1990).
5. Electroporation (Elektroporasi)
Metode ini gamet atau embrio ditempatkan pada suatu cuvet yang mana membran
selnya permiabel terhadap molekul DNA bila mendapatkan aliran (pulsa) listrik
pendek (beberapa saat). Ketika aliran listrik dihilangkan dan membran selnya
kembali seperti semula, beberapa fragment DNA asing akan tinggal dalam gamet
atau embrio. Metode ini mudah dan cepat dan memungkinkan untuk melakukannya
pada ratusan oosit ikan atau telur ikan yang telah difertilisasi dalam satu
kali kejutan.
C. Aplikasi
Teknologi Transgenik pada beberapa jenis ikan
1. Ikan Salmon Transgenik (Oncorhynchus nerka)
Kehadiran ikan transgenik diawali
dari Jepang ketika mencoba menciptakan “ikan tuna super” secara genetis tahun
1980-an. Selain sulit, penelitiannya membutuhkan banyak dana karena susunan
genetisnya rumit. Kini peneliti menemukan kunci genetis untuk memacu
pertumbuhan 11 spesies ikan bernilai komersial, juga udang.
Terciptanya ikan super tanpa
sengaja. Mula-mula peneliti mengamati ikan flounder yang bertahan hidup
dalam laut Kanada yang beku. Rahasia ikan flounder pun ditemukan Garth
Fletcher, biolog ikan dari Universitas Memorial di New Foundland dan Choy Hew
dari Universitas Toronto, yakni adanya gen yang memungkinkan flounder
mampu hidup di air beku. Gen itu digabungkan dengan gen pemicu pertumbuhan
dengan harapan salmon dapat tumbuh sampai 20 – 30% lebih besar. Kedua gen
disuntikkan ke embrio salmon sehingga terus memproduksi hormon pertumbuhan.
Hasilnya, salmon tumbuh 400 – 600% lebih cepat dalam 14 bulan pertama, dan
dapat dipasarkan setahun lebih cepat dari salmon biasa.
Seperti telah diketahui bahwa GH
merupakan hormon yang esensial bagi pertumbuhan dan metabolisme normal protein,
karbohidrat, lipid, dan mineral. Namun efek kerja yang berhubungan dengan
pertumbuhan terutama terjadi dengan perantara IGF-I (Insuline Like Growth
Factor-I) dan IGF-II (Insuline Like Growth Factor - II), dengan
demikian apabila kadar GH normal sampai tinggi namun tingkat IGF-I maupun
IGF-II rendah keduanya atau salah satunya, maka treatmen eksogen dengan
penambahan GH ternyata tidak memberikan respon yang berarti, sebaliknya apabila
GH rendah dan IGF-I dan IGF-II rendah maka treatmen eksogen GH akan memberikan
respon dan dapat tumbuh nomal kembali (Granner., 1997).
Hasil penelitian yang terbaru dalam
Peter dan Marchant (1995) menunjukkan bahwa suatu subtansi yang mirip dengan
IGF telah dapat dideteksi pada beberapa ikan teleostei, penelitian pada ikan
mas menunjukkan terdapat suatu substansi yang mempunyai aktivitas mirip dengan
IGF, dan hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa suatu substansi yang
aktivitasnya mirip dengan IGF tadi juga terdapat pada serum ikan mas, ikan
koki.
Seperti telah dijelaskan diatas
bahwa GH sangat berperanan didalam proses metabolisme oleh Granner (1997)
dijelaskan sebagai berikut:
1. Sintesis
Protein, GH akan meningkatkan transportasi asam amino kedalam sel dan
juga meningkatkan sintesis protein lewat mekanisme yang terpisah dari efek
pengangkutan.
2. Metabolisme
Karbohidrat, GH umumnya melawan efek insulin, peningkatan GH didalam darah
menyebabkan penurunan pemakaian glukosa dan peningkatan produksi glukosa
didalam hati melalui proses glukoneogenesis sehingga akan meningkatkan glikogen
hati.
3. Metabolisme
lipid, GH mendorong pelepasan asam lemak bebas dan gliserol dari jaringan
adiposa, meningkatkan kadar asam lemak bebas yang yang beredar dalam darah, dan
menyebabkan peningkatan oksidasi asam lemak bebas dalam hati.
4. Metabolisme
Mineral, GH meningkatkan keseimbangan positif kalsium, magnesium, serta fosfat
dan menimbulkan retensi Na+; K+ serta Cl-
sehingga efek utama dari GH adalah meningkatkan pertumbuhan tulang panjang dan
tulang rawan.
Transgenik GH (Growth Hormone) yang
berkembang saat ini dilatar belakangi oleh hasil kajian empiris endokrin
atau hormonal yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan atau hewan sangat
dipengaruhi oleh GH (Growth Hormone) atau hormon pertumbuhan. Untuk
membuktikan hipotesis tersebut telah dilakukan berbagai penelitian dengan
penerapan berbagai cara agar GH dapat disekresikan, sehingga kadar GH daram
darah dapat ditingkatkan atau dapat dihambat, dengan efek apabila GH
dirangsang sehingga kadarnya didalam darah meningkat maka dapat meningkatkan
pertumbuhan, dan sebaliknya apabila GH dihambat maka pertumbuhannya akan
menurun.
Menurut Peter dan Marchant (1995)
dari hasil berbagai penelitian pada ikan menunjukkan bahwa ada beberapa hormon
yang berperan dalam menstimulasi sekresi GH yaitu dopamin, tirotropin-releasing
hormon, GH releasing faktor, Gn-RH, neuro peptide Y, noreepineprin, dan ada
pula hormon yang berperan didalam menghambat sekresi GH yaitu serotonin,
somatostatin. Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan kemajuan bidang
iptek biologi molekuler juga telah membawa bidang perikanan khususnya
budidaya perairan dalam bidang teknologi transgenik.
Adapun teknik penerapan transgenik
gen GH pada prinsipnya yaitu memindahkan gen GH yang telah dikendalikan dengan
tujuan agar kelenjar endokrin sebagai penghasil GH akan mensekresi hormon
tersebut lebih banyak, dengan kenaikkan kadar hormon GH dalam darah ini secara
teoritis akan memacu tingkat pertumbuhan ikan.
Proses transgentik pada ikan
Salmon (Oncorhynchus
nerka)
Menurut Lin et al, berikut adalah
langkah-langkah umum yang diperlukan untuk memasukkan hormon pertumbuhan baru
tersebut ke dalam salmon.
1. Para ilmuwan
menduplikat DNA yang membawa informasi genetika hormon pertumbuhan.
2. Gen tersebut
disisipkan kedalam suatu bagian melingkar DNA yang disebut plasmid yang dapat
direproduksi didalam bakteria.
3. Kemudian plasmid
tersebut dimasukan kedalam bakteria.
4. Saat
bakteria tersebut tumbuh di laboratorium, mereka memproduksi miliaran kopi
plasmid yang membawa gen hormon pertumbuhan.
5. Setelah
kopi-kopi plasmid yang membawa gen hormon pertumbuhan tersebut telah
diproduksi, mereka diisolir dari bakteria tersebut. Plasmid itu kemudian diedit
secara genetika, merubah struktur lingkarannya kedalam suatu bagian kecil DNA
yang lurus. DNA yang lurus tersebut kadang disebut suatu kaset gen karena ia
mengandung beberapa set bahan genetika selain juga gen hormone pertumbuhannya.
6. Kaset gen
itu disuntikkan langsung atau dicampur dengan telur-telur ikan yang disuburkan
dengan cara tertentu sehingga telur-telur tersebut menyerap DNA itu, membuat
kaset tersebut sebagai suatu bagian permanen dari bentukan genetika ikan
tersebut. Karena para ilmuwan menyisipkan gen hormon pertumbuhan kedalam telur
ikan, gen tersebut akan ada di setiap sel dalam tubuh ikan tersebut.
7. Telur-telur
tersebut dibiarkan menetas, menghasilkan sekelompok ikan yang sebagian berubah
secara genetika dan yang lainnya tidak.
8. Ikan yang
kini membawa gen hormon pertumbuhan kini diidentifikasi. Ikan dengan gen yang
terintegrasi dengan benar digunakan untuk menciptakan stok pembiakan jenis
baru, yang tumbuh lebih cepat.
2. Ikan Japanese Medaka (Oryzae laptipes)
Japanese
Medaka (Oryzias latipes) merupakan ikan dari keluarga
Ricefish yang berasal dari asia timur. Ikan ini mempunyai banyak nama seperti
Japanese Ricefish, Medaka, Japanese Killifish dan Moonlight Medaka. Japanese
medaka tersebar mulai dari Jepang, Korea, China dan Vietnam dengan habitat
sungai berarus pelan. Laporan yang ada menyebutkan ikan pernah terlihat di
sungai Nam Theun, Mekong, Irrawaddy, Salween, Red River and Nanpangjiang. Ikan
ini merupakan ikan hias yang populer di abad 17an di Jepang.
Kingdom
|
Animalia
|
Phylum
|
Chordata
|
Class
|
|
Order
|
|
Family
|
|
genus
|
|
Species
|
Oryzias
latipes
|
Gambar
1.Ikan Medaka
Pada waktu itu, jumlah ikan ini
sangat melimpah di pasaran. Alasan mereka memeliharanya antara lain keindahan
warna tubuh dan daya tahan tubuhnya yang luar biasa. Ikan ini bersifat
Amphidromous yang berarti bahwa mereka dapat berpindah di antara air tawar dan
air asin beberapa kali selama hidupnya. Dengan kata lain, mereka dapat
dipelihara di air tawar dan air payau. Hal ini terbukti dari habitat ikan yang
dapat ditemukan di laut dan sungai. Ada 22 spesies Oryzias yang telah
diketahui dan diantara mereka hanya ikan ini yang membutuhkan suhu dingin dalam
pemeliharaannya karena habitat yang terletak di iklim subtropis.
Ikan yang mempunyai julukan
Geisha-girl ini tidak terdaftar dalam IUCN Red List yang menunjukkan
bahwa ikan tidak dalam kondisi terancam di habitat aslinya. Ikan ini mempunyai
ukuran tubuh yang cukup kecil dengan panjang tubuh sekitar 4 cm. Tubuhnya
ramping, memanjang dengan punggung yang sedikit melengkung. Ikan ini mempunyai
mata berkilau yang cukup besar. Warna tubuhnya bervariatif mulai coklat dan
kuning keemasan di alam liar, sedangkan di aquarium hasil breeding peternak
berwarna putih, krem kekuningan dan orange.
Demi keperluan penelitian dan pasar,
ikan ini telah banyak menjadi bahan percobaan modifikasi genetik untuk
memperoleh kualitas yang bagus sebagai ikan hias. Salah satunya, para ilmuwan
memasukan protein fluorescent (protein yang dapat menyerap warna dan akan
memancarkannya kembali) dari ubur-ubur ke dalam embrio ikan. Hasilnya, beberapa
ikan mempunyai kemampuan menampilkan warna yang indah (kehijauan, kemerahan
dll) saat gelap atau minim cahaya. Penelitian secara random juga menunjukkan
ikan medaka mengalami mutasi. Mutasi disebabkan oleh adanya perubahan genetik
pada strukur DNA yang disebabkan faktor eksternal. Pada ikan yang termutasi,
terlihat pada tulang pada sirip caudal (pangkal ekor) yang berbentuk Diphycercal,
padahal umumnya ikan ini memiliki tulang sirip caudal berbentuk Homocercal.
Diphycercal menyebabkan bentuk ekor ikan menyerupai ekor ikan purba dari
ordo Sarcopterygii (keluarga Coelacath). Hasil mutasi yang lain
ditunjukkan dengan ketiadaan sisik dan sirip yang memanjang.
Gambar 2.Ikan Medaka Hasil Transgenic
Membedakan jenis kelamin pada ikan ini bukanlah
sesuatu yang mudah, namun biasanya ikan jantan memiliki tubuh yang lebih
ramping. Selain itu, pejantan juga memiliki sirip punggung dan anal yang lebih
lebar. Di jepang, ikan ini akan mulai bertelur pada bulan april sampai oktober.
Perawatan di aqurium memungkinkan ikan juga untuk bertelur saat temperatur air
60 oF dan waktu pencahayaan juga cukup perharinya karena kekurangan waktu
pencahayaan akan menghambat proses bertelur. Ikan keluarga Ricefish mempunyai
proses reproduksi yang tidak biasa. Proses fertilisasi terjadi secara
eksternal, namun ikan ini rupanya dapat juga melakukan fertilisasi secara
internal. Kemampuan ini biasanya untuk menukar bentuk reproduktif pada sejumlah
ikan dalam kondisi ekstrim yang tak biasa. Japanese medaka dapat dipijah dalam
sebuah tangki dengan tanaman berdaun baik atau sejenis mop. Proses pemijahan
dapat diawali dengan menaruh sepasang ikan atau sekelompok kecil ikan pada
tangki pemijahan.
Proses fertilisasi akan dimulai
ketika ikan jantan menempel terus pada perut ikan betina. Ikan betina yang
sudah mengandung telur akan terlihat lebih gemuk. Ikan betina tidak akan
menyebar telurnya namun akan membawanya dengan cara menggantungnya pada organ
genitalnya yang masih membuka. Telur yang dibawa biasanya berjumlah antara
10-20 butir. Sebenarnya ikan betina akan memproduksi telur setiap hari dalam
hari yang berurutan tiap minggunya. Jika telur belum dibuahi, maka fertilisasi
terjadi secara eksternal dan biasanya terjadi secara menakjubkan pada pagi
hari. Telur yang telah dibawa betina beberapa jam setelah fertilisasi, akan
ditempelkan pada vegetasi air. Ikan betina haru melakukannya secara perlahan
untuk menempelkan telurnya pada batang ataupun daun. Telur tidaklah susah
ditemukan di vegetasi air. Tanaman dengan helai daun mengapung sangat cocok
sebagai tempat penyimpanan telur. Telur ikan ini umumnya besar dan kasar. Telur
ikan dapat dipindahkan ke tangki penetasan dengan memungut tanaman tersebut
menggunakan jari satu persatu. Telur akan menetas setalah 10-14 hari tergantung
temperatur air. Kualitas air berpengaruh sangat penting dalam periode inkubasi
telur ikan. Penjagaan kualitas air dan kebersihan sangat penting untuk
melindungi telur ikan dari serangan jamur. Anakan ikan yang baru menetas dapat
diberi makanan cair atau brine shrimp nauplii, red infusoria dan baby
brine yang baru menetas.
Japanese Medaka Betina dengan Telurnya
Japanese
medaka merupakan ikan pendamai dan cocok dipelihara dalam kelompok. Tidak
diperlukan setup tangki khusus selama pemeliharaan namun parameter air harus
dijaga pada suhu 18-24 oC, pH 7-8 dan kesadahan 9-19 dGH. Adanya
tanaman air membuat ikan semakin nyaman dan mereka menyukai aerasi yang baik
serta air yang terus bergerak. Tankmate haruslah ikan yang seukuran dan tidak
agresif seperti zebra danio, molly, platy dan lain-lain. Ikan ini cenderung
omnivora dengan memakan berbagai tipe makanan termasuk makanan kering dan beku.
Jenis makanan hidup seperti brine shrimpe, black worm dan zooplankton
sangat disukainya. Mereka juga baik sebagai pembasmi nyamuk dan larvanya, jaga
dalam kelompok untuk hasil terbaik.
3. Ikan
Zebra Transgenik (Danio rerio)
Ikan Bercahaya GloFish merupakan
salah satu contoh hewan transgenik yang direkayasa secara genetiknya. Ikan ini dikembangkan
dari Amerika Serikat yang merekayasa DNA dari ikan zebra (Danio rerio)
dengan gen pengkode protein flourens warna hijau dari gfp (green flourescent
protein). Namun secara fenotip, warna yang dihasilkan bukan hanya warna
hijau saja melainkan warna kuning hingga merah.
Ikan zebra (Danio rerio) asli
berasal dari sungai-sungai di India dan
Bangladesh. Panjangnya hanya 3 cm dan memiliki garis emas dan biru gelap. Sudah
ada lebih dari 200 juta ekor dijual dalam 50 tahun terakhir dalam pasar ikan
hias di Amerika Serikat. Walau banyak yang dijual, tidak pernah ditemukan
adanya ikan zebra di alam liar di Amerika Serikat. Mereka ikan tropis dan tidak
mampu bertahan hidup di alam liar Amerika Utara yang beriklim sedang. GloFish
sendiri adalah ikan zebra hias berpendar yang hanya dijual di Amerika Serikat,
kecuali di California. Di negara bagian ini, pemerintah setempat melarangnya.
“Ikan
ini semula dikembangkan untuk membantu menanggulangi polusi lingkungan,” kata
Alan Blake dan rekan-rekannya dari Yorktown Technologies, perusahaan yang
mendaftarkan ikan tersebut sebagai ikan peliharaan. “Mereka direkayasa agar
memancarkan cahaya bila berada di lingkungan yang beracun atau tidak sehat.” Ikan
zebra biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam keunguan. Dengan
rekayasa genetis, ikan ini dapat memendarkan warna hijau atau merah dari
tubuhnya. Warna merah atau hijau yang bersinar itu diambil dari warna ubur-ubur
yang disuntikkan ke telur-telur ikan zebra.
Gambar 1. GloFish
multiwarna (sumber: www.glofish.com).
Dengan gen ubur-ubur itu, tubuh ikan zebra
dapat memancarkan cahaya. Nah, agar bisa digunakan sebagai indikator polusi,
maka para peneliti memasukkan gen pemicu yang akan mengaktifkan pancaran cahaya
pada ikan bila ikan berada dalam lingkungan yang mengandung zat tertentu. Menurut
Blake, sejauh ini tidak ada bukti bahwa ikan-ikan hasil rekayasa tersebut akan
menimbulkan ancaman pada lingkungan. “Ikan-ikan ini hanya akan memancarkan
warna terang di bawah segala macam sinar, namun tidak akan mencemari
lingkungan.”
Ikan
yang kini disebut Glowfish ini mulanya dikembangkan oleh Zhiyuan Gong dari National
University of Singapore. Menurut Gong, meski saat ini ikan tersebut hanya
memiliki dua warna tambahan, namun sebenarnya ia bisa dikembangkan untuk
memiliki lima warna berbeda, dimana masing-masing warna akan bersinar sesuai
dengan jenis bahan polutan yang dijumpai ikan. “Ikan zebra berfluoresens
pertama hasil rekayasa genetika berhasil dikembangkan oleh para ilmuwan untuk
mendeteksi adanya polutan, bahkan mulai dipasarkan sebagai binatang
peliharaan.”
D. Keuntungan
dan Kelebihan Ikan Transgenik
a. Kelebihan ikan transgenik
Hasil penelitian transgenik pada
ikan telah memberikan dampak yang positif pada pertumbuhan ikan dan terbukti
bahwa gen luar yang ditranfer telah mampu berintregrasi dengan genomnya, hal
ini dapat dilihat dari hasil pertumbuhan keturunannya yang cukup menyakinkan
yaitu sekitar 4-6 kali lipat pada ikan salmon.
Sedangkan hasil analisis berat
badan ikan non transgenik dan transgenik pada ikan tilapia menurut Rahman dan
Maclean (1999) menunjukkan bahwa keturunan F2 (keturunan F2 adalah perkawinan
antara jantan F1 dengan betina alam), ikan transgenik menghasilkan berat
berkisar antara 60-90 gram/individu pada umur 5, 6, dan 7 bulan, sedang
padaikan non transgenik menghasikan berat berkisar antara 20-30
gram/individu, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pada keturunan ke 2
(F2) sifat tumbuhnya masih dapat diturunkan, dan pertumbuhannnya sekitar 3 kali
lipat dibandingkan dengan ikan kontrol.
Adapun FCR(food conversi ratio) atau
perbandingan antara pakan yang diberikan dengan daging yang dibentuk pada ikan
transgenik mencapai 0,76 sedangkan nontransgenik sebesar 1,02, ini berarti
bahwa ikan transgenik untuk menghasilkan satu kilogram daging hanya memerlukan
pakan sebanyak 0,76 kg, sedangkan pada ikan biasa untuk menghasilkan
daging satu kilogram memerlukan 1,02 kg pakan, dengan
demikian menunjukkan bahwa didalam pemanfaatan pakan ikan trangenik lebih
efisien dibandingkan dengan ikan nontransgenik.
Selain itu, salah satu ikan
transgenik yaitu ikan zebra transgenik yang dihasilkan dari rekayasa genetik
dapat digunakan sebagai biosensor pencemaran logam berat dengan prinsip
rekayasa genetika yaitu fusi gen GFP dengan regulator ekspresi pada suatu
vektor pembawa. Vektor pembawa ditransfesikan pada ikan zebra. Adanya regulator
ekspresi tersebut menyebabkan ekspresi GFP hanya dapat terjadi apabila ada
logam berat terdapat di perairan.
b. Kelemahan
ikan transgenik
Selain kelebihan yang dimiliki, ikan
transgenik juga memiliki beberapa kelemahan. Pada kondisi akuarium, ikan
transgenik yang cepat- tumbuh tersebut 30% lebih cenderung mati sebelum
mencapai kedewasaan seksual. Ikan transgenik yang diperkenalkan kedalam
populasi ikan yang hidup liar menunjukkan Hasil mengkhawatirkan.
Hanya membutuhkan 40 generasi bagi ikan transgenik tersebut, yang kawin dengan
lebih sukses namun menghasilkan keturunan yang tak bertahan hidup juga, untuk
membawa populasi tersebut kepada kepunahan. Muir dan Howard menyebutnya
"Efek Gen Trojan".
Seorang ahli hewan Jerman,
Hans-Hinrich Kaatz, menemukan bukti bahwa gen-gen yang digunakan untuk memodifikasi
tanaman-tanaman pangan dapat meloncati pembatas spesies dan menyebabkan
bakteria untuk bermutasi. Dibawah teori itu, jika ikan transgenik lepas ke alam
liar, mereka dapat menyebabkan pencemaran spesies-spesies air lainnya. Telah
ada 114 spesies ikan, termasuk 26 spesies salmon pasifik, yang didaftar dalam
Hukum Spesies Terancam Punah (Endangered Species Act). Membiarkan ikan
transgenik di keramba laut dapat meningkatkan jumlah spesies yang terancam
punah dengan signifikan d. Ancaman keanekaragaman ekologi.
Terdapat skenario lain yang menandai
resiko-resiko global yang berhubungan dengan lepasnya ikan transgenik ke dalam
lingkungan. Meningkatkan tingkat pertumbuhan ikan meningkatkan
kebutuhan-kebutuhan pakan harian mereka. Penelitian-penelitian baru telah
menunjukkan bahwa ikan transgenik lebih agresif dan memakan lebih banyak
makanan. Mereka juga tidak berenang sebaik ikan liar, sehingga mereka dapat
dapat berkumpul di suatu area dan memonopoli persediaan makanan dan sumber daya
lain. Ini dapat mempunyai efek menghancurkan lingkungan alami, khususnya karena
sebagian besar ikan yang direkayasa saat ini – misalnya salmon, trout, carp dan
tilapia – adalah pemangsa/predator. Pengalaman lalu telah menunjukkan bahwa
memperkenalkan spesies-spesies predator besar kedalam lingkungan baru dapat
menyebabkan bencana ekologi.
Komentar
Posting Komentar